KONDISI FAKTOR LINGKUNGAN DAN KEJADIAN DIARE
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
NGEMPLAK I KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Tutiek Rahayu, Siti Mariyam,
Yuliati
Jurusan Pendidikan Biologi
Fakultas MIPA Universitas Negeri
Yogyakarta
ABSTRAK
Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui perbedaan kondisi faktor lingkungan pada masyarakat yang mengalami kejadian diare
dan masyarakat yang tidak mengalami kejadian diare, faktor lingkungan yang
mendukung kejadian diare dan faktor lingkungan yang paling dominan dalam
mendukung kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak I Kabupaten Sleman
Daerah Istimewa Yogyakarta.
. Jenis penelitian
ini adalah jenis penelitian survey dengan rancangan kasus kontrol (case control) menggunakan pendekatan retrospektif. Populasi penelitian ini
adalah warga masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas
Ngemplak I Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 30 responden kasus dan 30 responden kontrol. Variabel bebas penelitian ini adalah
faktor lingkungan, sedangkan
variabel tergantungnya adalah kejadian diare. Data penelitian ini diperoleh
dengan observasi, wawancara dan pengisian
kuesioner. Penelitian ini dianalisis menggunakan statistik deskriptif
dan uji chi square.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada perbedaan kondisi faktor lingkungan yang signifikan (P
< 0,05) antara masyarakat yang
mengalami kejadian diare dan tidak mengalami kejadian diare. Faktor lingkungan yang diduga mendukung kejadian diare adalah
jamban, sumber air bersih, tempat
pembuangan sampah dan saluran pembuangan
air limbah. Faktor lingkungan yang diduga paling dominan dalam mendukung
kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak I Kabupaten Sleman Daerah
Istimewa Yogyakarta adalah tempat pembuangan sampah karena memiliki kategori
tidak baik dengan jumlah persentase hanya 28,33%.
Kata kunci: diare, faktor
lingkungan
A. Pendahuluan
1.
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
angka kejadian diare yang cukup tinggi. Tahun 2006 angka kesakitan meningkat
sebesar 423/1.000 penduduk pada semua umur. Dari keseluruhan angka morbiditas
hampir 60 persen didominasi anak anak. Berdasarkan hasil penelitian terbaru
dari riset kesehatan dasar tahun 2008, diare merupakan penyumbang kematian
terbesar di Indonesia, yaitu mencapai 31,4 persen dari total kematian bayi.
Diare juga penyebab kematian terbesar balita. Tercatat 25,2 persen kematian balita
di tanah air disebabkan oleh penyakit diare. Hal ini tentu patut menjadi
perhatian utama karena terdapat peningkatan angka morbiditas dan mortalitas
diare di Indonesia dari tahun ke tahun (Fera Diastyarini, 2009).
Angka
kejadian Diare Di
Kabupaten Sleman juga cukup tinggi. Selama Tahun 2007 angka kejadian diare yang
rawat jalan di Puskesmas berumur 1 bulan – 1 tahun berjumlah 1334 orang. Pasien
rawat jalan di Puskesmas berumur 1 – 4 tahun berjumlah 2797 orang. Pasien rawat
jalan di Puskesmas berumur 5 – 9 tahun berjumlah 1399 orang. Pasien rawat jalan
di Puskesmas berumur 10 - 14 tahun berjumlah 1395 orang (BPS Sleman, 2008:
123-126).
Salah satu kecamatan di Kabupaten Sleman yang
memiliki angka kejadian diare cukup tinggi yaitu masuk ke dalam urutan 10 besar
penyakit yang paling sering diderita oleh masyarakat. Kecamatan tersebut yaitu Kecamatan
Ngemplak, di Puskesmas Ngemplak I. Pada tahun 2009, di Puskesmas Ngemplak I
angka kejadian diare menduduki peringkat ke-1 yaitu 694 kasus. Angka kejadian diare paling tinggi berada
pada kisaran umur 1-4 tahun yaitu 167 kasus, pada kisaran umur 20-44 tahun
yaitu 141 kasus, lalu pada kisaran umur 5-9 tahun yaitu 60 kasus.
Banyak hal yang dapat mempengaruhi kejadian diare di
suatu wilayah yaitu kuman penyakit yang menyebar melalui mulut, kebersihan
lingkungan, umur, letak geografi, dan juga perilaku masing-masing individu. (
Juli Soemirat, 2006: 185).
Berdasarkan kejadian diare yang terjadi di Indonesia
khususnya di Puskesmas Ngemplak I Kabupaten Sleman Yogyakarta maka perlu
dilakukan upaya penurunan dan pencegahan kasus diare. Untuk mendukung upaya
penurunan dan pencegahan kasus diare yang terjadi maka perlu dilakukan
penelitian mengenai kondisi faktor lingkungan terhadap
kejadian diare di Wilayah
Kerja
Puskesmas Ngemplak I Kabupaten Sleman Yogyakarta.
1.
Rumusan
Masalah
Melihat latar belakang masalahnya, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini
yaitu:
a. Apakah
ada perbedaan kondisi lingkungan pada masyarakat yang mengalami kejadian diare
dan masyarakat yang tidak mengalami kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas
Ngemplak I Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta?
b. Apa
saja faktor lingkungan yang mendukung kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas
Ngemplak I Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta?
c. Apa
faktor lingkungan yang paling dominan dalam mendukung kejadian diare di wilayah
kerja Puskesmas Ngemplak I Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta?
2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan kondisi faktor lingkungan pada masyarakat
yang mengalami kejadian diare dan masyarakat yang tidak mengalami kejadian
diare di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak I Kabupaten Sleman Daerah Istimewa
Yogyakarta.
b. Untuk
mengetahui faktor lingkungan yang mendukung kejadian diare di wilayah kerja
Puskesmas Ngemplak I Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.
c. Untuk
mengetahui faktor lingkungan yang paling dominan dalam mendukung kejadian diare
di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak I Kabupaten Sleman Daerah Istimewa
Yogyakarta.
3. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk berbagai macam
kegunaan diantaranya adalah:
a. Bagi
Mahasiswa yaitu mengetahui perbedaan kondisi faktor lingkungan
pada masyarakat yang mengalami kejadian diare dan masyarakat yang tidak mengalami
kejadian diare. Serta
mengetahui faktor-faktor lingkungan yang mendukung kejadian diare.
b. Bagi
Masyarakat
Aplikasi
penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu terobosan dalam upaya
menjaga sanitasi lingkungan guna mencegah dan mengurangi resiko terjadinya
diare.
c. Bagi
Dinas Kesehatan
Sebagai bahan
masukan dalam penentuan intervensi dari permasalahan kesehatan yang terjadi
yang berhubungan dengan faktor lingkungan dan kejadian diare.
d.
Keilmuan
Sebagai bahan
masukan dan dokumen ilmiah yang bermanfaat dalam mengembangkan ilmu terkait
tentang masalah diare serta dapat digunakan dan bahan perbandingan penelitian
selanjutnya terutama untuk penelitian yang serupa di daerah lain.
4.
Batasan Operasional
a.
Diare
Diare adalah
buang air besar yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja
yang lembek atau sampai mencair dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam
sehari.
b.
Faktor
lingkungan
Faktor-faktor
lingkungan fisik yang menimbulkan atau mungkin menimbulkan pengaruh yang
merugikan bagi kesehatan yang meliputi sumber air bersih, jamban
keluarga, tempat pembuangan sampah, serta saluran pembuangan air limbah.
C. Metode Penelitian
1. Jenis
Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey
dengan rancangan kasus kontrol (case-control).
Sebagai kelompok kasus dalam penelitian ini adalah penduduk wilayah kerja
Puskesmas Ngemplak I yang mengalami diare yang terjadi dalam kurun waktu 1
tahun yaitu tahun 2009. Sebagai kontrol adalah penduduk yang bertempat tinggal
di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak I Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta yang tidak mengalami diare.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian
dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak I Kabupaten Sleman Daerah
Istimewa Yogyakarta pada
bulan Mei-Juni 2010
3. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas penelitian ini
adalah faktor lingkungan yang meliputi (1) sumber air bersih, (2) jamban
keluarga, (3) tempat pembuangan sampah dan (4) saluran pembuangan limbah.
Variabel terikatnya adalah kejadian diare.
4. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk yang
bertempat di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak I Kabupaten Sleman Daerah
Istimewa Yogyakarta yang mengalami diare. Sampel adalah sebagian dari jumlah
penduduk yang mengalami diare dalam kurun waktu tahun 2009.
5. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan
dengan teknik purposive
sampling. Pada penelitian ini, pengambilan sampel
didasarkan atas pertimbangan analisis bahwa untuk analisis chi square jumlah sampel (n) minimal sebanyak 30. Untuk
penelitian ini sampel diambil dari Desa Sindumartani yang menurut kriteria desa
tersebut memiliki kondisi lingkungan fisik yang kurang baik.
6. Instrumentasi
a.
Instrumen
Penelitian
Instrumen
penelitian untuk pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan
kuesioner untuk mendapatkan informasi dari penderita diare sebagai responden
penelitian dan pengamatan/observasi
secara langsung kondisi lingkungan responden yang meliputi sumber air bersih,
fasilitas jamban keluarga, tempat pembuangan sampah dan saluran pembuangan
limbah dengan mengambil beberapa gambar/foto serta wawancara dengan
responden mengenai kondisi lingkungan sekitar. Validitas
instrumen dalam penelitian ini terdiri dari validitas isi, konstruk, dan butir angket.
7. Teknik Pengumpulan Data
Data
dalam penelitian ini terdiri dari dua macam data, yaitu: data primer ini peneliti peroleh
dengan menggunakan angket yaitu dengan melakukan kunjungan ke rumah responden
untuk memberikan angket sekaligus memperoleh jawaban dengan cara peneliti
mengisi pada lembar kuesioner sesuai dengan jawaban atau dengan kondisi
responden. Serta data sekunder, yaitu data mengenai
identitas penduduk dan data hasil pemeriksaan kualitas air yang diperoleh dari
petugas Puskesmas Ngemplak I.
8. Teknik Analisis Data
Semua data yang
terkumpul dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan uji statistik
deskriptif dan analisis chi square
D.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
1.
Gambaran
Kondisi Faktor Lingkungan Responden
Tabel 1. Gambaran Kondisi Faktor Lingkungan Responden di Desa
Sindumartani Mei- Juni 2010
No
|
Faktor lingkungan
|
Kasus (diare)
|
Kontrol (tidak diare)
|
N
|
%
|
N
|
%
|
1.
|
Baik
|
2
|
3,3
|
24
|
40
|
2.
|
Cukup baik
|
11
|
18,3
|
6
|
10
|
3.
|
Kurang baik
|
13
|
21,7
|
0
|
0
|
4.
|
Tidak baik
|
4
|
6,7
|
0
|
0
|
Jumlah
|
30
|
50%
|
30
|
50%
|
Berdasarkan
tabel 1 dapat dilihat bahwa kondisi faktor lingkungan pada
kelompok kasus sangat berbeda dengan kelompok kontrol.
2. Hasil
Analisis Chi Square
Tabel 2.
Hasil uji Chi Square
Perbedaan
kondisi lingkungan
|
P
|
Keterangan
|
Kasus
dengan kontrol
|
0.000
|
Signifikan
|
P <0,5
Berdasarkan tabel 2 dinyatakan bahwa kondisi faktor
lingkungan berbeda secara signifikan antara masyarakat yang mengalami kejadian
diare dengan masyarakat yang tidak mengalami kejadian diare ditunjukkan dengan
nilai signifikansi (P)
sebesar 0.000 pada taraf
signikansi P<0,05.
Tabel. 3.
Perbandingan Faktor Lingkungan pada
kelompok kasus dan kontrol di Desa
Sindumartani Mei-Juni 2010
Nomor
|
Mean dari
|
Kelompok kasus
|
Kelompok
Control
|
1
|
Jamban
|
50
|
82,78
|
2
|
Sumbe Air
rbersih
|
70,67
|
90,67
|
3
|
Tempat
Pembuangan Sampah
|
28,33
|
64,17
|
4
|
Saluran
pembungan air limbah
|
52,50
|
85,85
|
3.
Hasil
Pemeriksaan Kualitas Bakteriologi Air Sumur di Desa Sindumartani
Hasil
pemeriksaan kualitas bakteriologi air sumur di Desa Sindumartani menunjukkan dari 15 sampel tersebut, terdapat 13
sampel air yang tidak memenuhi syarat karena terdapat Coliform total yang melebihi ambang batas maksimal yaitu >
50/100 ml air.
4.
Pembahasan
Hasil penelitian kondisi faktor
lingkungan dan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak I, Kabupaten
sleman Daerah Istimewa Yogyakarta setelah dilakukan analisis dapat dibahas
sebagai berikut.
a. Kondisi Faktor Lingkungan pada
Masyarakat yang Mengalami Kejadian Diare (kasus) dan Masyarakat yang tidak
Mengalami Kejadian Diare (kontrol)
Berdasarkan
hasil penelitian yang dianalisis menggunakan uji Chi Square terlihat bahwa kondisi lingkungan yang baik pada pada
masyarakat yang mengalami kejadian diare (kasus) lebih rendah yaitu hanya 3,3%
dibanding dengan masyarakat yang tidak mengalami kejadian diare (kontrol) yang
memiliki lingkungan baik sebesar 40% (lihat pada tabel 11). Dari hasil penelitian ini, pada
kelompok kasus persen tertinggi kondisi
faktor lingkungan ada pada kondisi kurang baik yaitu sebesar 21,7% dan kondisi
lingkungan tidak baik sebesar 6,7% sedangkan pada kelompok kontrol kondisi
faktor lingkungan kurang baik dan tidak baik sebesar 0%. Rerata kondisi faktor lingkungan pada masyarakat
yang mengalami kejadian diare (kasus) berbeda secara signifikan dengan
masyarakat yang
tidak mengalami kejadian diare (kontrol) dengan nilai P sebesar 0,000 pada taraf
signikansi P < 0,05. Hal ini berarti ada
perbedaan kondisi faktor lingkungan yang
signifikan antara masyarakat yang mengalami kejadian diare dengan
masyarakat yang tidak
mengalami kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak I Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta
b.
Faktor
Lingkungan yang Mendukung Kejadian Diare
Faktor
lingkungan yang diamati dalam penelitian ini adalah jamban, sumber air bersih,
tempat pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah. Dalam penelitian
ini masing-masing faktor lingkungan diamati mulai dari ketersediaan sampai
kondisi yang ada pada setiap faktor yang diamati. Berdasarkan data yang
diperoleh melalui kuesioner dan hasil observasi tentang faktor lingkungan yang
dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak I kabupaten Sleman Daerah
Istimewa Yogyakarta khususnya di desa Sindumartani terlihat bahwa masyarakat
yang mengalami kejadian diare (kasus) dalam penelitian ini memiliki prosentase
rerata kondisi lingkungan baik hanya 3,3% jika dibanding dengan masyarakat yang
tidak mengalami kejadian diare (kontrol) dalam penelitian ini yang memiliki
lingkungan baik sebesar 40% (lihat pada tabel 3). Dari hasil penelitian ini,
pada kelompok kasus persen tertinggi
kondisi faktor lingkungan ada pada kondisi kurang baik yaitu sebesar
21,7% dan kondisi faktor lingkungan tidak baik sebesar 6,7% sehingga dapat
diduga lingkungan yang kurang baik dan tidak baik dapat mendukung kejadian
diare.
Pada
masyarakat yang mengalami kejadian diare (kasus) rerata kondisi jamban, sumber
air bersih, tempat pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah sangat
berbeda dengan masyarakat yang tidak mengalami kejadian diare (kontrol).
Kondisi jamban, sumber air bersih, tempat pembuangan sampah dan saluran
pembuangan air limbah pada masyarakat yang mengalami kejadian diare (kasus)
memiliki rerata lebih rendah dibanding dengan masyarakat yang tidak diare
(kontrol). Berdasarkan jumlah rerata tersebut, jika dikelompokkan dalam
ketegori kondisi lingkungan, kondisi tempat pembuangan sampah, jamban, saluran
pembuangan air limbah berada dalam kondisi kurang baik. Sedangkan untuk kondisi
air menurut jumlah rerata dikategorikan cukup baik, akan tetapi berdasarkan
hasil uji kualitas bakteriologi air yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Sleman kualitas air sumur Desa Sindumartani dari 15 sampel yang
diambil secara random terdapat 13 sampel air yang tidak memenuhi syarat
bakteriologi karena mengandung Coliform total
yang melebihi batas maksimal yaitu lebih dari 50/100 ml . Berdasarkan hasil
observasi bahwa masyarakat di desa Sindumartani terutama masyarakat kasus
sebanyak 66,6% memiki hewan ternak sapi. Bakteri Eschereria coli hidup dalam organ pencernaan berbagai hewan ternak
untuk membantu mencernakan selusosa
rumput menjadi zat yang lebih sederhana sehingga dapat diserap oleh
dinding usus. Adanya bakteri Eschereria
coli yang ada pada kotoran ternak atau bahan yang telah terkontaminasi
dengan kotoran hewan ternak dimungkinkan dapat menyebabkan pencemaran sehingga
menurunkan kualitas air (Gurungeblog, 2008).
Berdasarkan
hasil penelitian ini terlihat bahwa faktor lingkungan jamban, sumber air
bersih, tempat pembuangan sampah dan tempat pembuangan air limbah diduga dapat
mendukung kejadian diare. Hasil penelitian ini sesuai dengan dengan penelitian
Wibowo (2004: 79) yang menyatakan kepemilikan sarana air bersih dan tempat
pembuangan tinja bermakna secara statistik sebagai faktor resiko diare.
Hasil
penelitian ini juga mendukung teori Blum (dalam Lina Handayani 2007: 37) yang
menyatakan bahwa status kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu
perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan genetika. Selain itu menurut
Juli Soemirat (2005:
18) dilihat dari segi ilmu kesehatan lingkungan, penyakit terjadi karena adanya
interaksi antara manusia dengan lingkungan hidupnya.
c.
Faktor
Lingkungan yang paling Dominan dalam Mendukung Kejadian Diare
Berdasarkan
beberapa faktor lingkungan yang diamati antara lain jamban, sumber air bersih,
tempat pembuangan sampah dan tempat pembuangan air limbah diduga yang paling
dominan dalam mendukung kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak I
Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta adalah tempat pembuangan sampah.
Tempat pembuangan sampah diduga sebagai faktor yang paling dominan karena
memiliki rerata paling rendah dibanding dengan faktor lainnya yaitu jamban, air
dan saluran pembuangan air limbah.
Tempat pembuangan sampah di lingkungan
masyarakat yang mengalami kejadian diare (kasus) memiliki rerata paling rendah
yaitu hanya 28,33% (lihat pada
tabel 3).
Hal ini berarti kondisi tempat pembuangan sampah pada masyarakat yang mengalami
kejadian diare (kasus) termasuk dalam kategori tidak baik. Masyarakat yang
tidak mengalami kejadian diare (kontrol) rerata tempat pembuangan sampah lebih
tinggi sebesar 64,17% dan termasuk kategori cukup baik (lihat pada tabel 1).
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, di Desa Sindumartani banyak masyarakat
terutama yang mengalami kejadian diare tidak mempunyai tempat pembuangan sampah
yang baik. Sampah-sampah dalam keadaan berserakan dan dibuang di depan rumah,
selain itu juga dibuang di pinggir sungai yang ada di daerah tersebut.
Pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi media bagi
kehidupan vektor penyakit yang dapat mengganggu kesehatan.
Penularan dapat terjadi
karena lalat (Musca domestica) mudah
berkembang biak di timbunan sampah, tinja manusia dan kotoran ternak dan
memiliki jarak terbang cukup jauh yaitu 7-10 km (Galuh, 2010). Penularan terjadi karena kontak lalat dengan
manusia melalui kontaminasi makanan, air, udara tangan dan kontak antara orang
dengan orang. Infeksi yang disebabkan karena bakteri pathogen seperti Escherichia coli dan parasit seperti
parasit Entamoeba hystolytica yang
dibawa loleh lalat dapat menyebabkan terjadinya diare.
.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Yusron Fauzi (2005) menunjukkan
bahwa penggunaan tempat sampah terbuka berpeluang meningkatkan diare pada anak
balita 2,429 kali dibandingkan dengan kelompok yang menggunakan tempat sampah
tertutup (p=0,028).
E. Simpulan
dan Saran
1. Simpulan
Berdasarkan
penelitian tentang kondisi
faktor lingkungan dan kejadian diare di
wilayah kerja puskesmas Ngemplak I, Sleman, DIY yang telah
dilakukan dapat disimpulkan antara lain:
a. Ada
perbedaan kondisi faktor lingkungan yang signifikan antara masyarakat yang mengalami
kejadian diare dengan masyarakat yang tidak mengalami kejadian diare di wilayah
kerja Puskesmas Ngemplak I Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta
b. Faktor
lingkungan yang diduga mendukung kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas
Ngemplak I Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta adalah jamban, sumber air bersih, tempat pembuangan
sampah dan salutan pembuangan air
limbah.
c. Faktor
lingkungan yang diduga paling dominan dalam mendukung kejadian diare di wilayah
kerja Puskesmas Ngemplak I Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta adalah tempat pembuangan sampah karena
memiliki kategori tidak baik.
.
2. Saran
Berdasarkan
kesimpulan dari penelitian di atas, maka saran-saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut: untuk instansi
terkait diharapkan adanya promosi
kesehatan yang lebih baik lagi untuk kelompok masyarakat yang terkena kasus diare khususnya mengenai PHBS dan
sanitasi lingkungan di wilayah kerja
Puskesmas Ngemplak I Sleman sehingga mampu meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman masyarakat tentang kedua hal tersebut serta menerapkanya dalam
peningkatan kesehatan masyarakat; Bagi
peneliti lain dapat meneliti lebih lanjut mengenai hubungan pengetahuan
masyarakat terhadap pelaksanaan PHBS dan
sanitasi lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk Masyarakat diharapkan
ada peningkatan peran serta masyarakat dalam mengenal PHBS dan sanitasi lingkungan dengan mengikuti
penyuluhan yang dilaksanakan oleh pihak Puskesmas dan menerapkanya dalam
menjaga kesehatan
F. Daftar
Pustaka
Anonim. (2008). Kabupaten Sleman Dalam Angka 2007.
Sleman: BPS Sleman.
Fera Diastyrini.
(2009). Pola Penyakit Diare. Diakses
dari
http://www.dutamasyarakat.com pada Senin, 8
Maret 2010 puku 22.16 WIB.
Galuh Adi.
(2010). Menekan Populasi Serangga, Musim
Hujan Bukan Halangan. Diakses dari http://info.medion.co.id
Gurungeblog.
(2008). Ciri-ciri, Struktur,
Perkembangbiakan, Bentuk dan Manfaat
Bakteri. Diakses dari http://www.gurungeblog.wordpress.com
Juli Soemirat S.
(2005). Epidemiologi
Lingkungan. Yogyakarta: UGM Press.
____________.
(2006). Kesehatan Lingkungan.
Yogyakarta: UGM Press.
Lina Handayani.
(2007). Hubungan Higiene Pribadi dan
Sanitasi Lingkungan
dengan Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Tempel I Kecamatan Tempel Kabupaten Sleman, Tesis. Yogyakarta: Pasca
Sarjana UGM.
Yusran Fauzi,
Onny Setiani & Mursid Raharjo. (2005). “Analisis Sarana Dasar
Kesehatan Lingkungan yang Berhubungan
dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Kecamatan Gading Cempaka Kota
Bengkulu”. Jurnal Kesehatan Lingkungan
Indonesia Analisis Sarana Dasar Kesehatan Vol.4 No.2 Oktober 2005.
Related Post :
Ilmu & pelajaran